
Waspada Leptospirosis, Tim Labkesmas Baturaja Lakukan Surveilans Tikus di Palembang
Guna mencegah potensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis, Loka Labkesmas Baturaja bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kesehatan Kota Palembang, serta Puskesmas 11 Ilir melaksanakan kegiatan surveilans vektor dan reservoir leptospirosis di Kota Palembang pada 8–12 September 2025.
Kegiatan yang berlangsung di wilayah RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan 11 Ilir, Kecamatan Ilir Timur Tiga ini bertujuan untuk mengumpulkan data faktor risiko leptospirosis, salah satu penyakit zoonosis yang ditularkan melalui tikus. Data yang dikumpulkan akan menjadi dasar penting dalam merancang strategi pengendalian penyakit di Sumatera Selatan.
Proses surveilans dimulai dengan pemasangan 100 perangkap tikus di rumah-rumah warga. Hasilnya, tim berhasil menangkap 15 ekor tikus dari beberapa spesies, antara lain Rattus tanezumi, Rattus norvegicus, Rattus argentiventer, Rattus exulans, dan Bandicota indica.
Seluruh tikus yang ditangkap kemudian diidentifikasi, dibedah untuk pengambilan ginjal, serta dikumpulkan pinjal (ektoparasit) yang menempel. Dari kegiatan ini terkumpul 15 botol ginjal dan 11 botol ektoparasit (pinjal dan tungau). Selain itu, tim juga melakukan pengukuran kondisi lingkungan seperti pH tanah, suhu, dan kelembaban udara.
Semua sampel selanjutnya akan diperiksa di Loka Labkesmas Baturaja menggunakan metode PCR untuk mendeteksi bakteri Leptospira, penyebab leptospirosis, serta Yersinia pestis, penyebab penyakit pes. Hasil pemeriksaan tersebut akan menjadi masukan penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit di Kota Palembang maupun Sumatera Selatan.
Leptospirosis sendiri merupakan penyakit menular yang dapat menyerang manusia melalui kontak dengan urin tikus terinfeksi. Tanpa pemantauan, penyakit ini berpotensi menimbulkan wabah, terutama di daerah padat penduduk dan rawan banjir. Melalui kegiatan surveilans ini, pemerintah berharap dapat memperkuat kewaspadaan dini masyarakat dan mendorong penerapan pendekatan One Health yang menghubungkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.(df)