Dukung Program Eliminasi Kaki Gajah, Dua Pegawai Labkesmas Baturaja Turut Survei WHO

Dua pegawai Loka Labkesmas Baturaja, Santoso, SKM., M.Sc., Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya, dan Yanelza Supranelfy, S.Si., M.Sc., Pranata Laboratorium Kesehatan Ahli Muda, mengikuti kegiatan survei Transmission Assessment Survey (TAS) Filariasis di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) pada 10–22 Agustus 2025. Penugasan ini menindaklanjuti surat dari Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Perihal Permintaan Bantuan Petugas Survei Evaluasi Penilaian Penularan Filariasis, dengan dukungan anggaran dari WHO Indonesia Tahun 2025.

Kegiatan ini melibatkan empat Pengawas Utama, terdiri dari dua orang Tim Kerja Penyakit Tropis Terabaikan (Neglected Tropical Diseases/NTDs) Kementerian Kesehatan dan dua orang staf dari Loka Labkesmas Baturaja. Dalam pelaksanaan di lapangan, Santoso dan Yanelza bertugas sebagai Pengawas Utama yang memimpin tim, memastikan setiap tahapan survei dilakukan sesuai prosedur, serta memantau kualitas data yang dikumpulkan.

Selain itu, pada kegiatan On the Job Training (OJT) bagi petugas Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten, dan Puskesmas, Santoso juga dipercaya menjadi narasumber. Beliau memberikan pembekalan teknis terkait metode survei, penggunaan alat pemeriksaan Brugia Test Plus (BT+), serta prosedur pengambilan sampel darah yang benar, agar seluruh petugas memiliki keterampilan yang seragam dan sesuai standar.

TAS Filariasis bertujuan untuk memastikan penularan penyakit kaki gajah telah terhenti sehingga program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dapat dihentikan. Survei ini menjadi salah satu langkah penting dalam strategi eliminasi filariasis nasional, yang dilakukan dalam tiga tahap dengan jarak dua tahun antar tahapan.

Metode pelaksanaan survei menggunakan pendekatan cross-sectional, di mana data dikumpulkan pada periode yang telah ditentukan. Sasaran survei adalah 1.700 anak usia 6–7 tahun (kelas 1 dan 2) dari 30–40 sekolah dasar terpilih. Sampel dipilih secara acak menggunakan aplikasi Survey Simple Builder (SSB) yang telah ditetapkan WHO. Pemeriksaan darah dilakukan menggunakan Brugia Test Plus (BT+), alat diagnosis yang dapat mendeteksi antibodi Brugia sp dengan hasil yang dapat diketahui dalam waktu sekitar 25 menit.

Filariasis sendiri merupakan penyakit menular menahun yang dapat menyebabkan kecacatan permanen. Hingga tahun 2016, sebanyak 236 kabupaten/kota di Indonesia masih berstatus endemis. Kabupaten OKU Timur termasuk wilayah yang telah menyelesaikan lima putaran POPM dengan cakupan minimal 65% penduduk dan prevalensi mikrofilaria di bawah 1% di desa sentinel. Berdasarkan Permenkes Nomor 94 Tahun 2014, wilayah ini diwajibkan melaksanakan TAS tahap 1 untuk memastikan tidak ada lagi penularan aktif di masyarakat.

Dengan keterlibatan berbagai pihak, termasuk dua pegawai dari Loka Labkesmas Baturaja, diharapkan kegiatan ini berjalan lancar dan memberikan hasil yang akurat sebagai dasar kebijakan eliminasi filariasis di Indonesia.(df)